Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi mengandung beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai sejauh mana tujuan dicapai oleh siswa.
2. Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.
Dari definisi-definisi itu, kemudian Dr. Armai Arief mendefinisikan bahawa yang di maksud dengan evalusai dalam pendidikan agama islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan pendidikan Islam itu sendiri.
B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Menurut A. Tabrani Rusyan dan kawan-kawan, mengatakan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Untuk mengetahui tercapainya tidaknya tujuan instruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku.
2. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
3. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan di kuasai, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
4. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
5. Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar.
6. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
7. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar.
Secara umum, dalam bidang penidikan, evaluasi bertujuan untuk:
a. Memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Mengukur dan menilai sampai di manakah efektifitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta.
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan, termasuk dalam pendidikan agama islam adalah Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Dan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.


C. Dasar Teori Evaluasi Pendidikan Islam
Alquran, sebagai dasar segala disiplin ilmu termasuk ilmu Pendidikan Islam, secara implisit sebenarnya telah memberikan deskripsi tentang evaluasi pendidikan dalam Islam. Hal ini dapat ditemukan dari berbagai sistem evaluasi yang ditetapkan Allah di antaranya:
Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan manusia, sebagaimana yang tersirat dalam ayat yang berbunyi:
             
Artinya:
"Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar atompun, niscaya akan melihat (balasan) nya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar atompun niscaya akan melihat (balasan) nya. (Q.S. Al-Zalzalah/99: 7-8).
Nabi Sulaiman As. pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung Hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam ayat:
   
Artinya:
"Sulaiman berkata : "Akan kami cermati (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta". Al-Naml/27: 27).
D. Prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
1. Prinsip Berkelanjutan
Prinsip ini dimaksudkan, bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan, setahun, catur wulan atau perbulan. Akan tetapi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu; pada saat membuka pelajaran, menyajikan pelajaran apalagi menutup pelajaran, ditambah lagi pemberian tugas yang harus diselesaikan peserta didik. Dengan evaluasi secara kontiniu ini perkembangan anak didik dapat terkontrol dengan baik.
2. Prinsip Universal
Prinsip ini maksudnya adalah, evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan; aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Prinsip Keikhlasan
Dalam segala hal, keikhlasan pendidik harus tercermin di segala aktivitasnya dalam mendidik. Termasuk di antaranya dalam mengevaluasi pendidikan. Guru/ pendidik yang ikhlas dalam mengevaluasi terlihat dari sikapnya yang transparan dan obyektif. Pendidik tidak hanya mampu mununjukkan kesalahan-kesalahan siswa, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak merasa bahwa ia dipersulit oleh guru.
Keikhlasan dalam mengevaluasi mengandung tiga unsur. Antara lain:
a. Penilaian tidak didasarkan kepada kesan baik atau prasangka buruk.
b. Memiliki sifat serba guna; berguna untuk mengetahui tingkat penguasaan bahan, untuk mengadakan perbaikan cara belajar, perbaikan cara mengajar, cara membuat tes dll. Oleh sebab itu, hendaknya mengusahakan agar evaluasi tidak mengakibatkan kurangnya gairah belajar siswa.
c. Bersifat perseorangan. Kemajuan siswa dalam penguasaan pengetahuan dan sikap keagamaan dalam hubungannya dalam pencapaian tujuan kurikulum, haruslah dengan mempertimbangkan situasi dan kondosi masing-masing anak didik.
E. Jenis dan Teknik Evaluasi Pendidikan Agama Islam
1. Jenis Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Akan dikemukakan beberapa jenis penilaian serta tujuannya sebagai berikut:
a) Penilaian Formatif
Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu. Tujuan dari penilaiaafonnatif ini adalah untuk mengetahui hingga sejauhmanapenguasaan murid tentang bahan pendidikan agama yang diajarkan dalam satuprogram satuan pelajaran, serta sejsuaijiclaknyajdengan. tujuan, Aspek-aspek yang dinilai meliputi: hasil kemajuan belajar murid yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap bahan pelajaran agama yang disajikan.
b) Penilaian Sumatif
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar muridjang telahselesai mengikutipelajaran dalam satu catur wulan, semester, atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid selama satu cawu, semester pada suatu unit pendidikan tertentu. Aspek yang dinilai mempunyai kesamaan dengan penilaian formatif.
c) Penilaian Penempatan
Yaitu penilaian tentang pribadi anak untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar-mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut. Tujuannya untuk menempatkan anak didik pada tempat yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan dan keadaan diri anak sehingga anak tidak mengalami hambatan dalam mengikuti pelajaran yang disajikan guru. Adapun aspek-aspek yang dinilai meliputi: keadaan fisik dan psiychis, bakat, kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap dan aspek lainnya yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan anak.
d) Penilaian Diagnostik
Yaitu penilaian terhadap hasil penganalisaan tentang keaclaan anak didik baik berupa kesulitan atau hambatan dalam situasi belajar mengajar, maupun untuk mengatasi hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar. Adapun aspek-aspek yang dinilai meliputi hasil belajar murid, dan latar belakang kehidupannya.


2. Teknik Evaluasi Pendidikan Agama Islam
Setelah pemakalah menjabarkan beberapa jenis penilaian serta tujuannya, kini pemakalah akan mencoba memberikan gambaran mengenai teknik-teknik evaluasi pendidikan Islam, yang pada akhirnya nanti dapat membandingkan antara perkembangan sistem evaluasi di masa lampau dengan masa kini.
Sistem evaluasi yang disebutkan dalam Alquran adalah bersifat makro dan universal, yaitu dengan menggunakan teknik testing mental (mental test) atau psikotes. Sedangkan dalam sunnah Nabi Saw. sistem evaluasi yang bersifat makro adalah untuk mengetahui kemajuan belajar manusia termasuk Nabi Saw. sendiri, sebagaimana kisah kedatangan malaikat Jibril menguji Nabi Saw. dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pengetahuan beliau tentang rukun Islam, dan setiap jawaban Nabi Saw. selalu dibenarkan oleh Jibril. Peristiwa lainnya adalah sering kali Jibril datang kepada Nabi Saw. untuk menguji sejauh mana hafalan Nabi Saw. terhadap ayat-ayat Alquran tetap konsisten dan valid dalam ingatan beliau.
Sedangkan Nabi Saw. sendiri dalam melaksanakan kegiatan dakwah dan pengajaran juga sering sekali mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar para sahabatnya dengan sistem pertanyaan atau tanya jawab serta musyawarah. Tujuan dari pengevaluasian ini adalah untuk mengetahui mana di antara para sahabat beliau yang cerdas, yang patuh, dan yang saleh atau mana yang kretif dan aktif-responsif kepada pemecahan problem-problem yang dihadapi bersama Nabi Saw. pada suatu keadaan mendesak.
Setelah Nabi Saw. wafat, tali kepemimpinan beralih ke tangan Khaulafaur Rasyidin dan generasi pemimpin islam selanjutnya. Pada masa ini telah dikenal adanya tingkatan-tingkatan pengajaran. Tingkat pertama ialah al-Kuttab, yaitu tempat anak-anak belajar menulis dan membaca/ menghafal Alquran serta belajar pokok-pokok agama Islam. Setelah menyelesaikan pendidikan pada tahap ini, mereka meneruskan pelajaran ke masjid yang terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tingkat tinggi terdiri dari: Alquran dan tafsirnya, hadis serta fiqh.
Pada masa Nabi SAW, khalifah-khalifah Rasyidin, dan Bani Umaiyah tujuan pendidikan hanya terfokus pada satu sasaran, yaitu keagamaan. Sehingga yang menjadi objek evaluasi sistem pendidikan pada masa lampau berkisar pada: pertama, aspek kognitif berupa: pengembangan pengetahuan agama termasuk di dalamnya fungsi ingatan dan kecerdasan. Kedua, aspek afektif berupa: pembentukan sikap terhadap agama, termasuk di dalamnya fungsi perasaan dan sikap. Adapun bentuk evaluasi berupa pengujian penghafalan serta sistem tanya jawab berupa lisan.
Teknik evaluasi pendidikan digunakan dalam rangka penilaian dalam belajar, maupun dalam kepentinga berbagai situasi, proses serta kegiatan belajar mengajar. Teknik penilaian ada dua yaitu:
a. Teknik Tes.
Yaitu penilaian yang menggunakan test yang telah ditentukan terlebih dahulu. Metode test ini bertujuan untuk mengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh murid meliputi: kesanggupan mental, achivement (test penguasaan hasil belajar), keterampilan, koordinasi, motorik dan bakat, baik secara individu maupun kelompok.
Test hasil belajar ini dapat pula dibagai dua:
1) Test Essay
Yaitu test yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa kalimat. Untuk menjawab pertanyaan sangat memerlukan waktu yang banyak, dan murid boleh menjawab sepuas-puasnya dan seluas-luasnya.
Beberapa pedoman dalam menggunakan test essay:
a. Mengadakan perbandingan misalnya, "Bandingkan antara sistem pemerintahan di zaman Khulafa al-Rasyidin dan sistem pemerintahan di zaman Khalifah Abbasiyah dan Khalifah Umaiyah !".
b. Penilaian terhadap suatu pendapat misalnya, "Manakah?"
c. Hubungan sebab akibat misalnya, "Apakah yang menyebabkan?"
d. Menjelaskan makna suatu ungkapan misalnya, "Apakah yang dimaksud dengan ...?". e. Merangkum, misalnya perintah "Rangkumkan-lah!"
e. Kemampuan menganalisa sesuatu misalnya, "Uraikanlah!"
Cara penilaian essay:
1. Apabila korektor ada dua orang, maka setiap korektor memberi kode tertentu agar dalam menilai korektor yang satu tidak mempengaruhi korektor yang lain
2. Waktu untuk menyelesaikan soal hendaklah disediakan dan diperhitungkan dengan baik. Oleh karena itu guru agama sebelum memberikan test kepada murid hendaklah terlebih dahulu mencatat waktu setiap soal dengan cara mencoba mencoba menjawab test tersebut nomor demi nomor.
3. Siapkan jawaban baku untuk masing-masing nomor soal demi untuk menghidari kekhilafan guru.
4. Dapat juga dilakukan penilaian dengan mempergunakan weightsystem yakni, perbandingan berat harga penilaian bagi setiap item berdasarkan tingkat kesukaran. Misalnya: -Item yang sukar diberi weight =5, -Item yang sedang diberi weight =4, -Item yang mudah diberi weight =3, dan seterusnya.
2) Test Objektif
Suatu test disebut objektif apabila :
a. Hanya satu saja jawaban yang benar untuk setiap alternatif jawaban.
b. Dalam menskor tidak ada perbedaan walau diperiksa oleh lebih dari satu orang
c. Dalam menjawab testee tinggal hanya melakukan pilihan sesuai dengan petunjuk.
d. Norma pilihan sudah ditentukan terlebih dahulu.
Test objektif ada beberapa macam yaitu:
1. True-False Test
Yaitu test yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mengandung salah satu dari dua kemungkinan jawaban, salah atau benar misalnya: a. Mendirikan shalat adalah rukun Islam keempat (B-S).
b. Meyakini adanya daya penyembuhan pada azimat -azimat termasuk syirik (B-S)
Beberapa petunjuk dalam menyusun item true false test:
a. Hendaknya pertanyaan yang dikemukakan mengandung satu pengertian.
b. Pertanyaan yang dikemukakan itu hendaknya yang telah disepakati kebenaran hukumnya.
c. Jangan memberikan item yang berbentuk kalimat negatif. Misalnya: Berbuat baik kepada orang tua tidak dilarang oleh Islam (B-S).
d. Berikan dahulu pedoman pengisian.
e. Hindarilah item yang dapat dinilai "benar" atau "salah" secara meragukan.
f. Hindarilah kalimat yang terlalu panjang atau kalimat majemuk yang meragukan.
2. Multiple Choice (tes pilihan berhanda)
Pada jenis test ini testee diminta memilih jawaban yang benar dari beberapa jawaban yang telah ada. Biasanya terdiri dari tiga sampai lima pilihan jawaban yang tersedia, yang benar hanya satu. Multiple choice ada tiga bentuk:
1) Menjawab pertanyaan, misalnya: siapa yang diserahi menyusui Nabi Saw. Muhammad saw?. (A). Siti Aisyah, (B). Siti Khadijah, (C). Halimatussa'diah, (D). Ummu Salamah.
2) The best answer test. Pada jenis ini testee diminta memilih jawaban yang paling tepat dari jawaban yang tersedia yang kesemuanya mengandung kebenaran.
3) Menyelesaikan pertanyaan, misalnya: sujud sahwi yaitu: a.......... b............ c............. d.............
4) Matching test (tes menjodohkan. Pada tes ini, testee diminta mencari jodoh (jawaban) yang cocok terhadap satu jalur pernyataan pertanyaan pada lajur jawaban. Jumlah jawaban harus lebih banyak dari pernyataan/ pertanyaan. Misalnya: carilah pasangan (jodoh) pernyataan sebelah kiri dengan alternatif jawaban sebelah kanan dengan menulis nomor jawaban pada titikyang telah disediakan:
5) Complation test (test menyempurnakan. Pada tes ini, teste diminta menyempurnakan suatu kalimat, atau ungkapan dengan jalan mengisi sepatah atau beberapa patah kata. Misalnya, Isilah ttitik-titik dengan dengan jawaban yang benar: Ketika Nabi Saw. Muhammad saw. di ........... turunlah wahyu pertama.
6) Rearrangment test (test mengatur kembali). Yaitu berupa tes penysunan pengertian yang belum teratur dan testee diharapkan dapat mengatur dengan rapi dan benar. Contoh: karena-ibadah-dilihat orang lain-ingin-riya-itu adalah.
b. Teknik non Test
Adalah penilaian yang tidak menggunakan soal-soal test dan bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat keperibadian murid yang berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Objek penilaian non-test ini meliputi: perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman, keadaan tingkah laku, riwayat hidup, dan lainnya baik bersifat individu maupun kelompok.



KESIMPULAN

Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah keputusan-keputusan (penilaian-penilaian) yang diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.
Secara historis, evaluasi dalam pendidikan Islam telah dipraktekkan sejak zaman Rasulullah Saw. walaupun dalam format yang sangat sederhana; berupa tanya jawab terhadap materi yang telah diajarkan, serta pengujian berupa penguasaan hafalan.
Dalam perkembangannya teknik evaluasi pendidikan Islam banyak mengalami kemajuan, berupa perkembangan bahasa istilah yang digunakan, format tekniknya, serta tujuan yang akan dicapai melalui teknik evaluasi tersebut.
Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa dalam menyusun evaluasi pendidikan haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1). Validititas; 2). Ketepatan; 3). Obyektifitas; dan 4). Praktis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar