Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KEBERAGAMAAN PADA MASA DEWASA DAN USIA LANJUT

A. Pengertian Dewasa
Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan yang menimpa masa remaja. Dengan demikian, usia dewasa bisa dikatakan ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Walaupun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari terkadang dijumpai orang-orang dewasa masih merasakan kegoncangan jiwa. Tentunya tidak sehebat yang terjadi pada masa remaja. Hal itu wajar terjadi karena persoalan-persoalan hidup tetap saja timbul, sekalipun mereka telah mencapai usia dewasa.
Dari segi biologis atau pisikologis dewasa dapat diartikan sebagai suatu keadaan bertumbuhnya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai kekuatan maksimal serta siap “berproduksi”.
Dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Rumusan di atas itu mengundang untuk memperhatikan apa yang ditekankan yaitu istilah diharapkan. Penekanan ini dimaksudkan bahwa orang dewasa itu, baru memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk memiliki sesuatu sifat atau sesuatu keadaan atau sesuatu cirri. Kalau orang dewasa dapat senyatanya melaksanakan apa yang diharapkan itu, maka sebagian ciri kematangan telah mereka miliki.
Adapun pengertian dari masa dewasa yaitu masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan belas hingga lebih kurang empat puluh tahun.

Tahapan-Tahapan Masa Dewasa
Pada masa dewasa dapat dibagi ke dalam tiga tahapan:
1. Masa dewasa dini
Masa dewasa ini sebagai masa: pengaturan, usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosional, keterasingan social, komitmen, ketregantungan, perubahan nilai-nilai dan penyesuaian diri dengan cara hidup baru.
Elizabeth B. Hurlock, menentukan usia dewasa dimulai dari usia 18-40 tahunan. Rita Atkinson menentukan usia dewasa mulai usia 25-40 tahun. Sedangkan di Indonesia usia dewasaan adalah usia 21 tahun, hal ini berarti bahwa pada usia itu sudah di anggap dewasadan mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya.
2. Masa dewasa madya
Masa dewasa madya, Elizabeth B. Hurlock, menentukan mulai dari umur 40-60 tahun., sedangkan Rita Atkison, menetukan mulai dari 40-65 tahun. Pada masa-masa ini di tandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental yaitu menurunkannya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Ada sepuluh karakteristik pada masa usia madya yaitu:
1) Merupakan periode yang sangat ditakuti
2) Merupakan masa transisi
3) Masa stress
4) Usia yang berbahaya
5) Usia canggung
6) Masa berprestasi
7) Masa evaluasi
8) Devaluasi dengan standar ganda
9) Masa sepi
10) Masa jenuh
Biasanya pada umur dewasa ini akan tampak tanda-tanda atau isyarat yang menunjukan kemana kecenderungan yang sebenarnya, kearah kebaikan atau kejahatan, manjadi manusia pembangun atau perusak.
3. Masa dewasa akhir
Masa dewasa lanjut- senescence (artinya: tumbuh menjadi tua), Elizabeth Hurlock menetukan mulai 60 tahun sampai kematian. Rita Atkinson menentukan mulai pada umur 65 tahun sampai kematian. Pada fase ini baik kemampuan fisik maupun psikologis nampak adanya penurunan pada setiap orang. Adapun cirri-ciri usia lanjut adalah:
1) Periode kemunduran
2) Perbedaan individual pada efek menua
3) Usia tua di nilai dari criteria yang berbeda.

B. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan “Konversi Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan perubahan ke arah acuh tak acuh terhadap ajaran agama.
Pada masa dewasa dini, agama mulai dipandang sebagai bagian terpenting dalam hidupnya. Sedangkan pengkajian nilai diharapkan untuk menjadi pedoman yang lebih kokoh menghadapi tugas-tugas didunia dan jadi pedoman utama menghadapi kematian dan hidup di akhirat kelak. Pekerjaan, ideology, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan tuntunan agama. Kwalitas ibadah saat ini akan terlihat secara jelas. Sedangkan yang nilai agamanya kurang disebabkan pendidikan dasar agama yang diperoleh sebelumnya rendah, dan akan mewujudkan tingkah laku agama yang rendah pula. Orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan. Dan pada masa ini kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya kurang mengamalkan agama atau kurang keyakinannya.
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang bersikap lebih realistic. Semakin otoriter pola kepribadian seseorang, semakin banyak perhatiannya pada agama dan semakin kaku sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang memiliki pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya. (Tumanggor,2001:72;Hurlock,1980:258)
Pada masa dewasa madya adalah masa keinginan yang sangat tinggi untuk beribadah. Banyak orang berusia madya (laki-laki dan perempuan) yang tertarik kepada tempat ibadah (seperti: masjid) dan kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena alasan keagamaan. Contohnya banyak orang usia madya, terutama wanita menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keinginannya untuk lebih terlibat dengan kegiatan keagamaan akan semakin besar setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman dekatnya.

C. Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekadar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

D. Pengertian Usia Lanjut
Tua adalah hasil dari proses penuaan (aging process) yang sesungguhnya dialami oleh setiap manusia sejak awal ia ada. Dalam hal ini salah satu teori tentang penuaan menyebutkan bahwa penuaan terjadi pada sel-sel tubuh sesaat setelah pembuahan berlangsung. Artinya saat manusia belum dilahirkan ke dunia, proses penuaan sendiri telah terjadi.
Pada masa muda dimana tubuh masih berfungsi sempurna, proses penuaan itupun sebenarnya sudah terjadi, tetapi karena pada masa muda penuaan atau pematangan sel memang diperlukan untuk keberlangsungan fungsi tubuh, proses penuaan tersebut belum bermakna bagi seseorang.
Sedangkan seseorang dapat dikatakan tua, dibedakan menjadi bermacam pandangan. Menurut WHO (1982), seseorang dikatakan tua dibagi menjadi empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan tahun (middle age) 45-59 tahun,
2. Usia lanjut (elderly) 60-69 tahun,
3. Usia tua (old) 70-79 tahun,
4. Usia sangat tua (very old) 80 tahun keatas.
Di Indonesia sendiri, definisi tua adalah bila seseorang tersebut telah mencapai usia 60 tahun keatas (UU No.13, 1998)
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu.
Datangnya masa tua, biasanya disambut oleh sebagian orang dengan rasa cemas, dan khawatir. Selain aspek biologis yang menurun, aspek sosial pun telah berbeda. Hal tersebut dapat dimengerti, karena dalam aspek biologis banyak faktor yang menurun fungsinya, seperti contoh dalam panca indera. Pada lanjut usia (selanjutnya disebut lansia) indera perasa, dan pembau yang telah berkurang sensitifitasnya dapat menyebabkan hilangnya selera makan. Belum lagi pada proses metabolisme yang memang telah menurun dalam fungsi pengabsorpsiannya. Hal ini dapat menyebabkan banyak faktor pada lansia, salah satunya adalah turunnya daya tahan tubuh yang menyebabkan lansia sangat mudah terinfeksi penyakit.
Ciri-ciri usia lanjut:
a. merupakan periode kemunduran
b. Perbedaan individual pada efek menua
c. Usia tua dinilai dengan kriteria byang berbeda
E. Perkembangan Agama Pada Usia Lanjut
Seiring dengan meningkatnya usia, orang pada masa dewasa lanjut tidak sulit mengikuti dogma-dogma agama dan melakukan kunjungan ke tempat ibadah (untuk beribadah, seperti ke mesjid), mengunjungi para ulama, dan orang-orang yang berbeda kepecayaan dengan sikap yang lebih lunak.
Ketertarikannya terhadap agama sering dipusatkan pada masalah kematian yang menjadi sesuatu yang bersifat pribadi. Dan menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan di mesjid pada usia lanjut tidak ada minat adalah lebih sedikit daripada faktor-faktor lain seperti kesehatan yang memburuk, tidak ada transportasi, malu karena tidak mempunyai pakaian yang sesuai atau tidak mampu menyumbang uang, dan perasaan tidak dibutuhkan oleh anggota organisasi masjid yang lebih muda.
Pada masa ini, perempuan lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan masjid daripada laki-laki karena kesempatan yang mereka berikan untuk hubungan sosial. (Hurlock,1980:402,409).
F. Sikap Keberagamaan Pada Usia lanjut
Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertanbahan usia lanjutnya.







PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin, akan tetapi kesalahan dan kekurangan pastilah ada pada diri kami selaku penyusun, oleh karena itu kami haturkan maaf yang sebesar-besarnya jika memang ada kesalahan dan kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya guna menjadikan makalah ini dapat lebih baik ke depannya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak dosen dan kepada teman-teman semua yang telah membimbing dan turut ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi ini.
Akhirnya kami ucapkan semoga pembahasan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin. Sekian, wassalamu’alaikum wr. wb.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005
Hartati, Netty, dkk., Islam & Psikologi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Hidayati, Heny Narendrany, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007
http://shint4.blogdetik.com/index.php/tag/folat/
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008
Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1983

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

fara mengatakan...

mantabz :)

Posting Komentar